Senin, 24 Desember 2012

Pete rebus dan kenangan kecil di kebun jagung

Baru saja selesai makan malam, satu bungkus nasi dimakan bersama-sama ibu dan adikku Anggun. Nikmat sekali rasanya. Hanya dengan sambal terasi, sepotong sayap ayam goreng, tumis kangkung dan satu lagi pete rebus. Iya, aku memang suka makan pete juga jengkol. Tapi harus dimasak terlebih dahulu, pete rebus atau bakar, oke. Jengkol balado atau semur, asik.

Siapa sangka pete rebus untuk makan malam kali ini terasa begitu spesial. Mungkin bukan karena apa, tapi dengan siapa malam ini aku melalui makan malam yang sempurna. Pete rebus ini rasanya sedikit manis. Aku tau tidak semua pete punya rasa sama. Ada yang terlalu getir, maka untuk mengurangi rasa itu bisa dengan cara direbus. Dan tidak semua pete punya rasa yang manis.

Ya, tidak disangka sebuah pete atau petai itu membawaku pada sebuah kenangan. kenangan masa kecil yang harus aku syukuri. Ternyata aku punya masa kecil yang sangat indah. Bahagia. Kenangan lalu terbang, kepada saat dimana usiaku belum sampai 10 tahun. Disebuah ladang jagung, hampir setiap hari minggu aku menghabiskan waktu bersama kakek dan nenek di ladang itu.

Pete manis malam ini, sama manisnya dengan pete yang pohonnya tumbuh tinggi, tepat di tengah ladang jagung tempat di mana sebagian besar waktu bermain aku habiskan di sana. Disaat kakek dan nenekku sibuk dengan bibit, pupuk, cangkul dan berpeluh keringat. Aku dibawah pohon pete itu, menggelar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...